Behind The Scene Novel Misteri Harta Berdarah

Buku Misteri Harta Berdarah sebenarnya sudah terbit sejak lebih dari satu bulan lalu, namun saya lupa membuat cerita behind the scenenya karena berbagai kesibukan. Saya baru ingat lagi belakangan ini, semoga walaupun terlambat sharing ini tetap bermanfaat. 

Sebelum mulai, untuk yang belum pernah tahu bagaimana proses kreatif saya dalam menciptakan novel-novel saya terdahulu, bisa membaca artikel-artikel di bawah ini : 

Kembali ke cerita tentang Misteri Harta Berdarah…

Ide awal penulisan buku ini dimulai tahun 2016, dan bukunya sendiri baru terbit di akhir 2019. Jadi, tiga tahun waktu yang diperlukan oleh buku ini sejak inkubasi ide hingga menjadi naskah lalu menjadi buku cetak. Begini cerita lengkap penciptaan buku ini.

Berawal dari kunjungan ke Kasepuhan Citorek

Tiga tahun lalu saya mendapat kesempatan untuk ikut terlibat dalam penulisan buku anak bertema Upacara Adat yang diselenggarakan oleh Direktorat Kepercayaan dan Tradisi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Saat itu setiap peserta terpilih wajib membuat satu naskah buku bergambar tentang upacara adat dari propinsi tempat ia berdomisili. Domisili saya Propinsi Banten. Karena ingin anti mainstream, maka saya memilih melakukan riset di Kasepuhan yang belum banyak didatangani orang (waktu itu) yaitu Kasepuhan Citorek yang jaraknya (lagi-lagi waktu itu) adalah sekitar 8 jam dari Jakarta dengan akses yang sulit, kondisi jalanan yang curam menguji nyali dan rawan longsor. 

Foto dalam perjalanan ke Rangkasbitung dengan kereta diesel (waktu itu rute KRL belum sampai ke Rangkas)

Hasil kunjungan saya ke sana sudah menghasilkan dua buah buku :

Singkat cerita, saat melakukan riset, selain buku-buku saya sendiri yang saya bawa sebagai bahan foto pencitraan, sebagai teman dalam perjalanan saya juga membawa serta buku “Max Havelaar” karangan Multatuli alias Douwes Dekker.

Sengaja saya bawa buku ini karena seting ceritanya adalah kota Rangkasbitung, satu-satunya kota yang bisa dijadikan tempat transit dan menginap saat melakukan riset ke Citorek. Jadi setelah pekerjaan di Citorek beres, saya menyempatkan diri berjalan-jalan di tengah kota sambil mencocokkan seting cerita dalam buku Max Havelaar, yaitu kota Rangkasbitung di abad 19 dengan kondisi aktualnya di abad 21.

Beberapa tempat yang saya kunjungi di antaranya Kantor Bupati, Perpustakaan dan sisa-sisa Rumah Multatuli yang kondisinya sungguh menyedihkan. Dari situlah muncul ide untuk menulis novel “Misteri Harta Berdarah”. 

Bekas Rumah Multatuli

Riset Lebih Dalam

Bagian buku Multatuli yang paling menyentuh untuk saya adalah kisah tentang Saidjah dan Adinda, tentang penduduk Desa Parangkujang, tentang kekejaman sistem Tanam Paksa dan tentang penderitaan rakyat di Banten Selatan di jaman kolonial abad 19. Saya menjadikan kisah petani dalam belitan sistem tanam paksa sebagai latar belakang cerita saya.

Tapi, bukan itu saja.

Supaya cerita hidup dan lebih seru, saya harus merangkainya dengan berbagai macam peristiwa yang terjadi di Banten mulai dari jamannya Multatuli tahun 1800an yang dipenuhi dengan rangkaian pemberontakan hingga masa pendudukan Jepang hingga revolusi Kemerdekaan hingga hari ini, karena seting waktu novel saya adalah hari ini.

Riset saya cukup extensif, bahkan menurut saya, riset saya untuk buku ini adalah yang terlama dan termelelahkan dibanding buku-buku saya sebelumnya. Ada banyak sekali jurnal, buku cetak, artikel internet, film dokumenter yang saya baca dan lihat untuk mendapatkan informasi. Tidak ketinggalan peta-peta kuno Hindia Belanda dari koleksi digital Perpustakaan Universitas Leiden yang bisa diunduh secara cuma-cuma di websitenya. Selama proses penulisan, semua sumber itu saya catat satu persatu supaya kalau saya tersesat dalam menulis (atau dalam pikiran saya sendiri), saya bisa kembali membaca sumber-sumber itu lagi.

Salah satu cara saya lainnya dalam melakukan riset adalah dengan mengunjungi Museum Multatuli di Rangkasbitung. Pengalaman saya melakukan riset di museum itu, bisa dibaca di sini : Riset Novel Misteri Harta Berdarah ke Museum Multatuli

Bagaimana saya merangkai semua peristiwa sejarah ke dalam novel, silakan baca sendiri di buku Misteri Harta Berdarah. Saya tidak akan memberikan bocoran di sini.

Penentuan Karakter

Semenjak saya menulis Novel Misteri Batu Bertulis tahun lalu, saya sudah bertekad tidak akan menciptakan karakter baru lagi untuk Seri Misteri Favorit, sebaliknya saya akan me-utilize alias memanfaatkan karakter-karakter yang sudah pernah saya ciptakan sebelumnya.

Karakter Bagas dan Galuh yang saya pakai dalam buku ini sudah pernah muncul dalam Novel Misteri Gua Purba . Kenapa saya pilih mereka? Karena dari berbagai feedback yang saya terima dari pembaca cilik, karakter inilah yang paling banyak mendapatkan komentar favorit. Terutama Galuh.

Sekilas tentang karakter Galuh bisa dilihat di infografik berikut.

Karakter Galuh sudah pernah saya bahas pula di artikel ini : Menciptakan Karakter Anak Perempuan dalam Novel Anak. Selain karakter Galuh dan Bagas, tentu saja ada Mas Damar, kakak Galuh. Tokoh utama lainnya adalah Mbah Midi dan tokoh pembantu adalah Mang Kenong dan Si Kemeja Hawaii. Penjahatnya siapa dong? Ya, baca saja sendiri di bukunya, okeh.

Karakter-karakter utama dalam Novel Misteri Harta Berdarah

Pembuatan Plot

Urusan karakter beres, lanjut ke proses pembuatan plot. I love playing God with my characters. Karena itulah saya menyukai proses pembuatan plot. Saya bisa melakukan bongkar pasang plot, selama berhari-hari, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun (seriously!)

Plot untuk buku Misteri Harta Berdarah, saya buat selama dua tahun (tentu dengan diselang-seling kegiatan lain, termasuk aktivitas hura-hura dan hore-hore yang gak penting). Pembuatan plot novel ini juga tumpang tindih dengan pembuatan plot Novel Misteri Batu Bertulis yang terbit lebih dulu di tahun kemarin. Ending untuk novel ini pun saya buat dalam berbagai versi dari versi A hingga versi G. Saat saya submit naskah ke Mbak Dikha, editorku yang sudah sabar menanti sejak jaman dinosaurus, saya sebenarnya belum sreg betul, tapi saya submit saja supaya tidak terlalu lama lagi menggalau dengan naskah yang gak jadi-jadi.

Editing

Editing awalnya berjalan santai. Tapi cuma sebentar. Lalu sontak kalang kabut setelah saya mendapatkan acc untuk launching buku ini di forum AFCC bulan September 2019 di Singapura. Pertemuan tatap muka digelar antara saya dan mbak editor yang dengan tega tanpa ampun meminta naskah dipangkas dari 100 halaman menjadi 70 halaman. Naskah digunduli. Jalan cerita direvisi. Ending dimodifikasi. Karakter divariasi.

Bukan cuma saya yang dikejar-kejar, Mas Indra Bayu, sang ilustrator juga. Ilustrasi isi, cover, layout, semua harus buru-buru. Proses yang membuat jiwa lelah, tapi sungguh saya sangat puas dengan hasilnya.

Launching

Proses editing bisa selesai dengan kondisi kejiwaan saya masih sehat dan kewarasan masih terjaga. Akhirnya buku ini bisa launching dengan jadwal yang ditetapkan. Cerita launching buku bisa dibaca di artikel ini : Book Launching Misteri Harta Berdarah di AFCC Singapura dan videonya bisa dilihat di SINI.

Buku ini sudah terbit dan masih beredar di toko buku. Semoga buku ini bisa bermanfaat dan disukai anak-anak Indonesia.

Baca juga

Ditandai sebagai: