Behind the Scene – Itam dan U

Seperti yang sudah-sudah, saya selalu menyempatkan diri untuk berbagi kisah behind the scene setiap kali buku baru lahir. Sekedar untuk pengingat dan kenang-kenangan karena kadang kisah di balik penciptaan sebuah buku itu tidak kalah serunya dibanding kisah di dalam buku itu sendiri. Cerita saya hanya terbatas pada proses yang melibatkan saya secara aktif, karena proses penerbitan buku, selain proses penulisan, ada juga proses editing, layouting, ilutrating yang, tentu saja, bukan saya yang mengerjakan. Saya hanya akan berbagi dari sisi penulisan naskah saja.

Begini awal mulanya…

Jadi, sekitar akhir Desember 2018 atau Januari 2019 (saya agak lupa), saya mendapat undangan untuk mengikuti audisi proyek penulisan buku untuk pembaca lancar dari Room to Read, di dalam surat undangan itu diinformasikan pula bahwa pemilik proyek adalah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan UNICEF. Waktu itu peserta audisi diberi dua kelompok besar tema yang harus digarap. Dari kelompok tema pertama saya memilih cerita tentang “Bencana”, sementara dari kelompok tema kedua saya memilih untuk menuliskan kembali cerita rakyat “Si Kelingking”.

Di bulan Februari datang berita kalau saya lolos audisi dan harus mengikuti workshop 4 hari 4 malam di sebuah hotel di Bandung bersama para mentor, narasumber, editor, dan para konsultan lainnya (termasuk konsultan untuk buku inklusif). Para peserta workshop harus sudah hadir satu hari sebelum workshop karena esoknya workshop akan dimulai sejak pagi benar. Tantangan pertama datang, ketika ternyata sehari sebelum workshop saya masih ada jadwal dinner meeting yang sangat penting dengan klien international dan beberapa business colleagues di kantor tempat saya bekerja. Meeting yang sudah dijadlwakan jauh-jauh bulan ini tidak bisa ditunda, tidak bisa didelegasikan. Solusinya, saya akan pergi ke Bandung langsung setelah dinner meeting selesai kira-kira pukul 10 malam diantar oleh suami dengan mobil pribadi. Daaan…. jadilah saya tiba di Bandung sekitar jam 3 pagi di hari workshop pertama *savage*

Workshop hari pertama

Siapapun yang sudah pernah ikut workshop Room to Read pasti tahu bawah workshop itu sangat keras! tidak ada waktu santai. Ide diperas, kreatifitas didesak sampai batas maksimum siang maupun malam, sehingga di hari keempat workshop setiap peserta bisa menghasilkan output berupa naskah setengah jadi yang siap olah.

Walaupun kurang tidur (dan kurang piknik), pagi pertama tentu saja masih bisa tampil ceria apalagi bisa bertemu dengan teman-teman penulis lain yang biasanya hanya saling menyapa di media sosial saja. Nah, menjelang siang, setelah dihujani materi barulah tampang saya mendadak keriput. Mood saya pun berubah menjadi senggol-bacok!

Kelihatan kan bedanya? kiri: foto di pagi hari pertama, kanan: pose di sore menjelang siang.

Di hari pertama materi yang diberikan adalah tentang character map (termasuk penentuan objective dan motivation dari character utama, dan mengenai karakteristik teknis dari sebuah chapter book. Yes, karena buku-buku output workshop ini nantinya akan ditujukan untuk pembaca lancar maka buku akan berbentuk chapter book. Saya sudah pernah menulis tentang chapter book di artikel ini : Sekilas Tentang Chapter Book.

Perubahan Garis Besar Cerita

Setiap peserta workshop hanya akan menulis satu cerita saja. Dari dua cerita yang saya ikutkan dalam audisi, cerita yang akan dikembangkan adalah cerita dengan tema bencana. Saat membuat draft naskah audisi, saya terispirasi dari kisah anak-anak survivor tsunami Aceh. Saya membuat cerita mengenai tokoh utama, Itam semenjak bencana hingga ia pergi, dewasa dan kembali ke tempat di mana tsunami terjadi. Tetapi kemudian setelah menerima materi hari pertama dan berdiskusi dengan para editor : Mbak Monalisa dari Penerbit Bestari dan Ibu Eva Nukman juga dengan konsultan cerita Deborah L. Davis, maka focus cerita pun berpindah hanya pada masa-masa awal perjuangan Itam menghandapi kesedihan akibat kehilangan seluruh anggota keluarga dan sahabatnya akibat tsunami. Cerita bertitik berat pada bagaimana Itam, seorang anak berusia kira-kira 8 tahun menghadapi tahap-tahap kesedihan (stages of grief) mulai dari penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar dengan keadaan hingga acceptance. Saya mendapat banyak bantuan dari Deborah untuk memahami tahap-tahap kesedihan ini.

Untuk membantu saya membuat outline, saya membuat mindmap seperti di bawah ini:

Proses selanjutnya

Setelah perubahan besar di atas, selama tiga hari workshop, seluruh penulis dihujani banyak ilmu mulai dari informati tentang buku inklusif, cara menyelipkan humor dalam cerita, cara menentukan layout dasar untuk text dan gambar dan juga cara membuat ending. Di hari terakhir workshop kami diajari juga bagaimana cara melakukan self editing sederhana.

Khusus untuk ending buku Itam dan U ini, saya tidak memberikan kepada Itam apa yang dia inginkan, yaitu menemukan keluarganya, tetapi walaupun Itam tidak mendapatkan keingingannya atau “objective”nya, ia akhirnya bisa melalui proses “penerimaan” atau “acceptance” dan menemukan hal lain yang terbaik untuk objectivenya. Hal lain apa sih? Baca saja di bukunya yang dapat diunduh gratis di website literacycloud.org.

Selama workshop kami juga diberikan beberapa contoh buku referensi chapter book sebagai bahan belajar.

Setelah workshop selesai…

Maka ada minggu-minggu hingga bulan-bulan revisi sebelum akhirnya naskah masuk dalam proses ilustrasi. Saya kurang mengikuti bagaimana proses ilustrasi tetapi akhirnya Mbak Evi Shelvia, seorang ilustrator buku anak kenamaan yang sudah banyak mendapatkan penghargaan international bersedia untuk mengilustrasikan buku ini. Buku juga diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Tim Provisi Education yang merupakan perwakilan dari Room to Read di Indonesia.

Saya menerima sertifikat workshop dari Deborah

Berfoto bersama dengan peserta workshop, editor dan konsultan

Setelah hampir dua tahun akhirnya buku ini terbit dalam bentuk digital dan juga cetak. Sayangnya edisi cetak sangat terbatas. Edisi digitalnya dapat diunduh secara cuma-cuma dalam dua versi yang bisa diunduh di tautan di bawah ini :

Bahasa Indonesia : Itam dan U

Bahasa Inggris : Tsunami

Semoga buku ini bermanfaat bagi anak-anak, guru dan orangtua. Selamat membaca.

Baca juga : Itam dan U

Ditandai sebagai: