Seperti yang sudah dijanjikan dan untuk menambah rasa penasaran (kalau ada), ini dia cuplikan dari Novel “Misteri Batu Bertulis”.
***
…….
Penasaran, Bagja mengendap-endap mendekati pintu toko yang membuka sedikit. Mata Bagja memicing, mencoba menyisir pemandangan di dalam toko yangagak gelap.
DEG! Darah Bagja berdesir. Di antara keremangan, Bagja melihat dua sosok tubuh berbaring tak berdaya di lantai dekat rak buku! Apakah itu Kak Dudung dan Abah Engkos? tanya Bagja dalam hati. Apa yang terjadi? Apakah mereka pingsan atau…
AARG! BRUK!
Geraman si Kepala Singa merontokkan bulu roma. Suara itu diiringi bunyi tumpukan buku yang dibantingnya ke lantai. Si Kepala Singa kelihatan sangat marah. KREK! Upss! Kaki Bagja tak sengaja menginjak botol bekas air mineral.
Si Kepala Singa seketika menoleh ke arah pintu. Ia memiringkan kepalanya seakan ingin meneliti lebih jelas. Perlahan ia menghampiri pintu depan. Tepat ke arah Bagja! Napas Bagja bagai terhenti. Ia harus bersembunyi!
***
…….
Mira mengikuti langkah Pak Ali. Ia juga heran, kenapa Bagja tiba-tiba menghilang. Mira melintas di depan Toko Medusa. Toko itu masih tetap sama. Suram. Kuno. Menakutkan. Tapi tunggu, ada yang tidak sama! Pintu toko yang selalu tertutup itu tampak menganga tipis. Aneh! Apakah Bagja ada di dalam toko itu? pikir Mira. Barangkali ia pergi ke sana untuk melihat-lihat. Bagja, kan, suka sekali membaca buku.
Perlahan Mira mendorong daun pintu Toko Medusa dengan hati-hati. HUFT! Pintu itu berat, seperti terganjal sesuatu. Mira mendorongnya lebih kuat.
PLUK! Sesuatu terjatuh, menjuntai di celah pintu.
“HYIII!” Mira berteriak ngeri. Benda jatuh itu adalah tangan manusia! Tangan itu terkulai di lantai, di antara daun dan kusen pintu! Kendalikan dirimu, Mira, bisik Mira pada diri sendiri seraya mengatur napas. Itu tangan manusia. Bukan hantu! Mira berusaha mendorong daun pintu lebih lebar.
Kling! KRIEEET! Deritan penjang menakutkan membuat perut Mira mengeras. Tangan yang menjuntai itu milik Kak Dudung! Mira membungkuk untuk memeriksa keadaan Kak Dudung. Mira baru saja hendak memeriksa pergelangan tangan Kak Dudung ketika tiba-tiba –
SREK! Tangan itu bergerak dan mencengkram lengan Mira dengan erat!
“Ba…ha…ya!” gagap Kak Dudung.
Mata Mira membola. “Bahaya apa? Kenapa Kak Dudung…….. ”
***
Iya. Bahaya apa? Hehe. Selesai. Cuplikannya segini saja. Terimakasih sudah membaca. Untuk versi lengkapnya sudah tahu kan mesti cari di mana? 🙂
Detail buku bisa dilihat di SINI.
Cerita behind the scene ada di SINI
Book Trailernya ada di SINI