Pada bulan September lalu, hari Jumat tanggal 6, jam 4 sore, saya mendapatkan kesempatan untuk meluncurkan novel terbaru saya dari Seri Misteri Favorit : Misteri Harta Berdarah di forum Asian Festival of Children’s Content (AFCC) di Singapura. Saya akan share sekilas pengalaman saya meluncurkan buku di sana.
Apa itu AFCC?
Pasti sudah banyak yang tahu apa itu AFCC, tetapi kalau belum, bisa meluncur ke websitenya untuk baca-baca dan lihat-lihat foto kegiatannya. Pada intinya, forum ini adalah event tahunan untuk penulis, guru, pembaca, content creator, animator, ilustrator, orangtua, pembaca dan siapapun dari seluruh Asia dan dunia yang berminat pada konten untuk anak-anak. Ada puluhan seminar, workshop, lecture, sharing session, performances dan termasuk book launching dalam event yang berlangsung selama 4 hari ini.
Tahun ini, seperti dua tahun sebelumnya, saya beruntung mendapat kesempatan untuk menjadi salah satu pembicara di forum tersebut. Tahun ini menjadi istimewa karena selain bicara saya juga akan meluncurkan buku terbaru saya.
Baca juga :
- Dari AFCC 2017 : Sesi Indonesian Mysteries and Historical Fiction dan
- Video Dari AFCC 2018 : Sesi Introducing Multiculturalism Through Literature on Traditional Ceremonies

Foto diambil dari website Singapore National Library
Jalan Panjang Menuju Peluncuran
Prosesnya lama dan berlangsung beberapa bulan sebelum event dimulai. Semua pihak yang berminat untuk meluncurkan buku di AFCC harus mengisi form yang berisi semacam “proposal” mengapa buku kita layak untuk diluncurkan di event tersebut. Selain itu ada pula beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum proposal kita dipertimbangkan, misalnya harus memegang ticket full pass. Karena tahun ini saya juga menjadi pembicara maka saya memenuhi syarat untuk mengajukan proposal launching buku.
Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan penyeleggara dalam menilai apakah sebuah buku dapat dilaunching di event AFCC atau tidak, misalnya, buku tersebut tentu harus baik isinya, bermutu, membawa nilai-nilai dan budaya Asia, dan sesuai dengan tema event. Tahun ini, tema event adalah Diversity, tema yang pasti akan membawa issue multiculturalism, minorities dan representations dalam satu paketnya.

Pada awalnya, saya tidak terlalu berharap proposal saya disetujui karena buku saya berbahasa Indonesia / Melayu, bukan bahasa utama di Singapura apalagi di Asia. Para pembaca saya pasti sudah tahu kalau novel-novel saya pasti berlatar sejarah dari kota-kota di Indonesia, dengan gaya cerita petualangan, misteri dan detektif. Karena dua alasan ini, saya mengira tema buku saya will be “too local” to be launched in an international forum such as AFCC. Glad, I was wrong!
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya datang email membahagiakan, ternyata buku saya disetujui untuk diluncurkan di AFCC! Yeay!

Persiapan-Persiapan
Setelah proposal diterima, masih banyak persyaratan yang harus dipenuhi seperti penyerahan hardcopy buku, sinopsis, cover, dan lain-lain. Dan…di sinilah things became complicated, karena…. saat proposal diterima, buku saya belum dicetak!
Jadilah saya dan Mbak Dikha dari Kiddo-KPG, jungkir balik memfinalisasi naskah yang menurut Mbak Dikha, masih banyaaaaak bolongnya. Ihiks! Untuk menyelesaikan semua dalam tempo sesingkat-singkatnya, pertemuan darurat diadakan supaya kami bisa menghayal bersama (maksudnya memikirkan jalan cerita yang masih ruwet). Setelah semua urusan text kelar, gantian kami mengejar-ngejar Mas Indra Bayu, sang ilustrator buku.
Mas Indra Bayu dengan komitmen tinggi (dan entah berapa banyak gelas kopi), berhasil menyelesaikan ilustrasi sesuai deadline. Sementara itu saya masih harus memikirkan sinopsis yang akan dicetak di dalam buku panduan event AFCC dan di dalam banner acara serta di materi promosi lain.



Setelah buku siap, damai dan bahagia rasanya. Tetapi sebuah pertanyaan baru datang lagi. Aktivitas launching, mau ngapain? Baca buku, talkshow, bikin aktivitas, atau apa? Pakai bahasa apa? Melayu atau Inggris, Properti apa yang akan dibawa untuk launching selain buku?
Aktivitas
Tadinya saya mau bikin talkshow, tapi setelah dilihat venuenya, saya mendapat tempat di perpustakaan anak-anak, My Tree House, gak asyik banget talkshow dengan audience anak-anak, mereka pasti bubar jalan di tiga menit pertama.
Dongeng dan aktivitas? sepertinya cocok, tapi, buku saya kan novel, bukan cerita bergambar. Kalau pic book, bisa saja saya buat acara pembacaan buku, mendongeng dan dilanjut aktivitas, mewarnai gambar, art and craft atau kuis. Mau membacakan novel, alamak, berapa lama? Sebuku? sampai perpustakaan tutup belum kelar barangkali.
Akhirnya saya memutuskan untuk membuat puppet show, alias pertunjukkan wayang sesuai dengan jalan cerita novel. Ide ini didukung oleh penerbit dan lagi-lagi dengan bantuan Mas Indra Bayu, jadilah desain wayang sederhana dengan tokoh karakter-karakter di dalam buku. Saking mepetnya waktu, wayang ini juga baru jadi di hari saya harus terbang ke Singapura, jadi sebelum ke bandara, saya ke kantor Gramedia dulu untuk mengambil wayang yang sudah dicetakkan oleh penerbit.
Selain buku dan wayang saya membawa beberapa book marks untuk dibagikan pada audience juga dua gambar cover ukuran A3 yang sudah dibingkai untuk dipajang di panggung.
Persiapan selesai? Belum.
Masalah baru muncul. Saya tidak punya MC! Teman-teman yang saya mintai tolong untuk meng-emsi ternyata berhalangan semua. But show must go on. Persiapan sudah selesai, no time to back out. Saya akan monologue saja, I see other authors did it last year, and they were doing just fine. so I just going to do the same. “Nekad” is my middle name anyway.
Karena sejak hari pertama event AFCC di Singapura, sudah langsung banyak kegiatan yang harus diikuti, saya baru ngebut menyelesaikan script untuk pentas wayang dan slideshow power point di malam Jumat, hanya satu sebelum hari H. And the power of ‘kepepet’ never failed me.
Book Lauching
Di hari H-nya I was nervous. Tapi saya senang karena paling tidak saya punya satu audience setia : Kak Agnes Bemoe, hahaha. Selain itu ada juga pembicara Indonesia lainnya, seorang ilustrator dari KPBA, Antonio Reinhard yang ikut hadir memberi support. Jadi sedikitnya sudah ada dua penonton. Ditambah lagi panitia dari Singapore National Library, Quincy dan teman-temannya sangat ramah dan helpful. Mereka juga membantu mengumpulkan anak-anak agar segera mendekat ke arah panggung karena show akan segera dimulai *and making me more nervous!
Dan acara pun dimulai. Audience saya adalah anak-anak dari berbagai warna kulit, warna rambut, aksen bahasa, dan beragam nationality. Beruntung saya menyiapkan semuanya dalam bahasa Inggris, walaupun tadinya sempat mempertimbangkan untuk melakukan book launch dalam bahasa Indonesia saja.
Acara berjalan lancar. Walaupun sempat diwarnai satu anak ngambek karena tidak kebagian memainkan wayang tokoh utama dan satu anak harus pulang karena sudah dijemput orangtuanya. Acara wayang diakhiri dengan treasure hunt yang “rusuh” hahaha… Iya saya membuat beberapa riddle yang menjadi petunjuk letak “harta karun” yang saya sembunyikan di beberapa bagian perpustakaan.
Di akhir acara, ada satu pertanyaan dari audience: “where can I get the book?”
Aduh, saya jadi sedih, karena buku itu hanya tersedia dalam bahasa Indonesia. Jadi saya bilang “the book will be available in book stores soon, but it is in Bahasa.” Mereka juga jadi kecewa karena tidak bisa berbahasa Indonesia atau Melayu. Dalam hati saya berdoa, berharap dan mengucap mantra agar kelak suatu saat, buku-buku saya juga tersedia dalam bahasa Inggris….
Ada slide show singkat tentang kegiatan lauching buku saya di SINI.
Untuk yang ingin mengetahui detail buku, bisa mengunjungi HALAMAN INI
Bocoran bab pertama bisa dibaca di SINI
Resensi Misteri Harta Berdarah : Harta di Balik Nama Besar Multatuli
Cerita behind the scene ada di SINI
Book Trailer bisa dinikmati di SINI
Untuk membeli bisa di toko buku atau bisa juga beli di SINI