Di suatu sore saya menerima email dari Mbak Dikha, editor Kiddo-KPG, menanyakan jadwal saya untuk tanggal 31 Maret 2016, dan apakah saya bisa meluangkan waktu untuk hadir dalam sesi “Mengenal Penulis” di sebuah sekolah. Hm…kebetulan sekali, saya memang berniat menghabiskan sisa cuti tahun lalu di akhir Maret. Kebetulan juga di tanggal 30 saya wajib menghadiri sesi Students Learning Centre di sekolah si Adik. Jadi klop-lah, saya bisa ambil jeda dari kantor 2 hari berturut-turut.
Karena sudah pas waktunya, saya confirm bisa. Ternyata nama sekolah yang mengadakan acara adalah SD Penabur di daerah Modern Land, kotamadya Tangerang. Sekali lagi klop, karena lokasinya tidak jauh dari rumah saya di Tangerang Selatan. Acara ini digagas oleh Gramedia Puri Indah yang dimotori oleh Mas Widi.
Persiapan
Dari Mbak Dikha, saya tahu kalau audience adalah kelas 5 dan 6 yang dibagi menjadi 2 sesi. Tempat acara di perpustakaan yang tidak ada projector, jadi saya diminta untuk lebih banyak sharing pengalaman saja.
Baiklah, Hari H tiba. Acara dimulai jam 8.30. Jadi setelah mengantar si Adik masuk kelas saya buru-buru meluncur ke tekapeh. Sempat bingung cari alamatnya, tapi akhirnya ketemu tepat jam 8.30. Fiuh! Ternyataaa… di sekolah itu sedang ada bazaar buku terbitan Gramedia. Jadi di lobi sekolah suasananya RAMAI! Penuh buku bertanda diskon dan anak-anak berbelanja buku. Di saat itu juga saya baru sadar kalau satu kantung cendera mata alias gimmick yang akan saya bagi-bagikan kepada peserta ketinggalan di rumah! Gara-gara keriuhan pagi hari dan faktor “U”, benda-benda yang sudah saya persiapkan dengan rapi malah tidak terbawa. Untung Mas Widi ternyata sudah menyiapkan suvenir-suvenir cantik untuk dibagikan bagi peserta ter-aktif! Hosh! Thanks for saving the day!
Acara dimulai!
Sesampainya di perpustakaan saya malah ditanya apakah akan mengadakan presentasi. Lho? Ah, untungnya saya selalu membawa laptop di ransel saya yang sebesar lemari pakaian. Untung pula laptop yang saya bawa kebetulan adalah si Cheri (iya, ehem, semua laptop di rumah saya punya nama sesuai sticker sampulnya. Selain si Cheri, ada si Flowery, si Metal dan si Busuk). Nah di dalam tubuh si Cheri ini terkandung bahan-bahan presentasi dan semua hal yang berhubungan dengan tulisan saya. Jadi sekali lagi hidup saya terselamatkan!
Tetapiii hebohnya projector dan layarbelum terpasang sementara anak-anak kelas 5 sudah berdatangan.
I am dead! Really dead! But the show must go on…
Sebenarnya ini foto anak Klas 6 yang sedang memenuhi ruangan. Saat anak kelas 5 masuk di sesi pertama saya tidak sempat foto-foto karena lagi keringetan mepersiapkan bahan.
Akhirnya sambil menunggu persiapan selesai, saya akan bercerita bebas tentang proses saya menerbitkan buku. Bukankah sebelumnya saya memang bersiap untuk memberikan sharing tanpa presentasi? Jadi seharusnya tidak ada masalah. So I am not dead yet. Enggak jadi mati…
Ice Breaking SERU!
Acara, baik untuk kelas 5 dan 6 dimulai dengan peragaan dongeng “Si Kancil”. Kenapa peragaan? Iya karena kami semua, beneran semua, 40 anak, ber-acting dalam sebuah flash story berlakon kancil. Gempar!
Semua!Action!
Haduh! Anak kelas 6 badannya bongsor sekali! Kakak tidak bisa lihat yang meloncat di belakang!
Bagian Yang (Agak) Serius
Setelah capai olahraga ringan, sesi sharing yang benerannya pun dimulai.
Pertama, saya cerita tentang kenapa menulis? Apa pekerjaan penulis itu? Kenapa novel? Kenapa misteri? Pada saat saya bertanya : ‘ada yang tahu apa pekerjaan penulis?’ Ada satu yang menjawab benar, yaitu : “BERKHAYAL!” Ha! Tos!
Saya juga bercerita sedikit tentang apa yang actually saya lakukan saat sedang menulis buku sebelum masuk ke materi bagaimana proses menulis (serius) yang bisa menghasilkan buku. Ini cuplikannya:
Bersama kelas 5
Bersama kelas 6
Erg, ternyata di foto kog, posenya saya sedang menunjuk-nunjuk semua ya? Hehe, ternyata saya sering menembaki peserta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dadakan ajib dari saya.
Lalu…sesi sharing oleh para peserta. Saat di mana para peserta membacakan hasil oprek imaginasi mereka.
“Kak, aku punya ide tentang cerita monster ruang angkasa…”
“Kak, boleh maju berdua?”
“Kenapa?”
“Ini ide kita bersama,”
“Erh, boleh deh”
Dengan dibantu kata pengantar oleh Ibu Guru, kedua peserta ini pun berbagi ide tentang cerita horor di sebuah sekolah yang dulunya adalah rumah sakit kuno…. Dan, bulu kuduk Kakak pun merindiiiiing! Hyiii! (eh, kog gak cocok sama fotonya ya? Kenapa saya malah ketawa ya? Pasti untuk menyamarkan ketakutan…)
Oiya, dalam kesempatan ini, saya juga sempat mem-broadcast video trailer Misteri Kota Tua dan Misteri Kota Topeng Angker sebagai contoh alur cerita dan konflik.
PENUTUPAN
Oukeh, sesi heboh, liar dan menyegarkan sudah selesai. Eh belum. Ada sesi tanya jawab. Ada satu pertanyaan yang bikin saya keok, padahal pertanyaan itu enggak ada hubungannya dengan dunia kepenulisan:
“Kakak, kerja sama orang atau berdiri dengan kaki sendiri?”
Weks! “Hm, well, Kakak ini kuli…Kerjaannya disuruh-suruh orang…”
*hening*
Oke. Lupakan sesi tanya jawab. Saatnya foto bersama!
Foto bareng anak kelas 6 (abaikan tumpukan buku yang sebagian dipakai sebagi ganjal projector 🙂 🙂
Acara selesai. Saya pulang bareng Mbak Dikha menuju stasiun kereta. Sepanjang perjalanan banyak sharing kami lakukan. Semoga sharing yang ini pun bisa menjadi bekal buat saya untuk penulisan buku selanjutnya 🙂
Ps. : artikel ini saya buat sambil nemenin si Adik yang lagi sibuk mengeong-ngeong sambil merangkak di seantero kamar sambil sesekali menjilati tangan emaknya karena sedang action jadi kucing sementara si Kakak lagi sibuk belajar buat ulangan besok. Oh iya, melihat emaknya nulis, si Adik, juga jadi punya cita-cita menjadi “cat-writer”. Iya, jadi cat alias meaw tapi bisa nulis juga. Tentu saja nulisnya pakai bahasa kucing…
What a nice Sunday…