Ha! Beberapa bulan lalu, saya menerima undangan untuk mengisi acara sharing secara daring di salah satu grup kepenulisan yang isinya adalah anak-anak peminat dunia tulis menulis dari sebuah sekolah yang asyik dan heboh. Dari chat dengan ketua grup, akhirnya dibuatlah grup di FB yang judulnya “Temu Kak Yovita Siswati” (halaah..) Acara diset jam 2 siang, durasi satu jam saja but, alas! di jam tersebut saya masih nyangkut di pasar Tanah Abang, mencari keperluan pernikahan seorang kerabat. Tadinya jam bicara mau saya geser, tapi kog ya dengan demikian saya jadi kelihatan enggak kommit ya, so atas nama profesionalisme, jadilah tetap sharing daring itu diadakan jam 2. Jadi saat acara, saya menjawab semua pertanyaan yang datang silih berganti bak toren air luber sambil berpanas-panas dan berpegel-pegel di antara lapak-lapak kebaya dan kain sarong.
Okeh, diawali dengan peringatan keras dari moderator untuk semua peserta acara untuk enggak bikin rusuh di grup (baca : tidak posting barengan, dilarang nanya lebih dari dua kali dan dilarang spam), maka acara diskusi dimolay! Dan…sejak detik pertama hingga selesai ketiga beraturan itu tidak ada yang tidak dilanggar sodara-sodara… Semua tanya berbarengan dan beruntun-runtun sampai saya ngap-ngapan jawabnya. Hasilnya adalah satu jam yang sungguh heboh dan seru.
Beberapa (iya beberapa saja) pertanyaan dan jawaban saya rangkum di bawah ini :
T: Penerbit buku Kakak apa? Udah nerbitin buku berapa? Buku yang paling populer apa? Bukunya apa aja?
J : lihat aja di blog http://www.yovitasiswati.com
T: Agar kita nggak bosan nulis apa yang harus dilakukan?
J : Hmmm..supaya nggak bosan aku refreshing. Kalo sudah jenuh nuliss aku berhenti dulu untuk baca buku antau nonton film biasanya habis itu segar kembali pikiran. Tapi refreshingnya jangan keterusan. Habis itu tetap disiplin menulis lagi Selain refreshing saya berdiskusi dengan penulis lain yang lebih senior terutama kalau saya mengalami hambatan dalam teknik penulisan, misalnya plot yang jadi gak jelas. Untuk mengatasi buntu ide bisa juga membaca blog-blog para penulis.
T : Apa sih suka dukanya jadi penulis?
J : Sukanya : bisa menyalurkan imaginasi, dukanya: kalau lagi kehabisan ide atau kalau lagi kena deadline
T: Bagiamana supaya cerita tidak membosankan?
J: Biar cerita gak garing, banyak-banyaklah membaca dan berlatih menulis. Belajar dari tulisan atau buku orang lain. Tangkap pengalaman dari lingkungan sekitarmu (abstrak banget ini jawaban keiknya)
T : Apa inspirasi Kakak saat menulis?
J: Inspirasi bisa datang dari mana saja Saat membaca buku, menonton film, saat main dengan teman. Bahkan kalau kita sebel sema orang aja bisa lo jadi bahan cerita, atau rasa takut bisa jadi bahan cerita horor. Untuk cerita misteri biasanya saya mendapat ide dari buku-buku Lima Sekawan, Trio Detektif atau Hardy Boys atau Boxcar Children.
T: Bagaimana cara agar tulisan kita disenangi atau disukai orang?
J : Gampang! Menulislah yang seru hehehe.. (ini jawaban nyleneh dan sebenernya enggak menjawab ya? hehe…) Hm…gini aja, kalau bisa setelah naskah selesai kita minta taman baca dan minta masukan sama teman, cerita kita menurut mereka bagus atau bagus banget.
T: Kak, kalau bosan nulis, trus gak boleh dipaksa kan ya?
J : Iya. Eh, enggak gitu. Biasakan disiplin menulis misalnya setiap hari satu halaman atau satu bab. Bagus atau tidak hasilnya, yang penting disiplin menulis.
T: Menurut Kakak, apakah terbersti rasa kesal dengan beredarnya novel remaja yang plotnya pasaran atau ada beberapa adegan yang tidak memakai logika? (aih pertanyaannya berat amat..)
J : Kalau nemu buku seperti itu, maksudnya yang enggak menarik, ya ga usah dibaca. Serius! Kalau buku keik gitu ga ada pembaca lama-lama kan yang sejenis akan hilang semua
T : Apa penyemangat Kakak dalam menulis buku.
J : Penyemangat utama ya para pembaca dong (wow…so sweeet..) Apalagi kalau ada yang kirim message bahwa mereka suka buku-buku saya. Wah, pokoknya hepi
T : Bagaimana agar cerita terasa hidup?
J: Logika cerita harus jalan Imaginasi tetap hrus terasa nyata atau dekat dengan keseharian (ini kata saya lo ya. Kata yang lain ya terserah saja). Untuk pemula lebih mudah membuat cerita hidup dengan menggali pengalaman hidup sehari-hari (sekali lagi ini pendapat saya jadi dilarang protes). Sebuah cerita yang baik harus memiliki karakter kuat, plot menarik, seting unik dan dialog yang tidak membosankan.
T: Urutan menulis seperti apa?
J : Ini tata cara saya : ide dasar – alur – tulis – baru edit
T: Kak, gimana kalau menulis novel tanpa outline?
J : Kalau saya kebetulan tidak pernah menulis tanpa outline. Tanpa outline ide saya jadi liar dan ga bisa dikendalikan. Naskahnya bisa-bisa nggak jadi-jadi. Oiya, alur adalah garis besar alur cerita yang terdiri dari tiga bagian besar : pembuka, isi, klimaks
T: Sebenarnya untuk membuat cerita ada aturannya enggak sih Kak?
J : Untuk sekedar membuat cerita, tidak Tapiiii untuk membuat cerita yang bisa jadi buku dan diterbitkan penerbit ada beberapa aturan dasar yang bisa diikuti. Peraturan dasar ini bukan untuk mengekang ide tetapi untuk membantu kita menulis dengan baik. Misalnya sebelum mulai menulis harus ciptakan dulu karakter utama lalu buat alur.
Di penghujung acara, ada acara kuis yang ternyata jawaabnnya bagus semua. Dengan sedikit kepusingan dan sambil sibuk nawar kain, akhirnya pemenang kuis ditentukan dan acara sharing daring inipun ditutup. Demikian ceritanya, semoga bagian dari sharing di atas bermanfaat. Ciayo