Penulisan buku antologi ini buat saya terjadi tiba-tiba, tidak terduga dan tidak terencana, seperti istilah yang sering digunakan dalam pekerjaan formal saya: sudden, unforeseen and accidental š
Jadi ceritanya pada bulan Oktober 2020, saya mengikuti kelas Menulis Kisah Hidup yang dimentori pak Bambang Trim bersama tim Epigraf Komunikata. Motivasi saya ikut kelas itu karena saya memang ingin menuliskan kisah hidup. Keinginan ini datang setelah saya menemukan banyak anak-anak yang bagus yang berlatar kisah hidup.
Baca juga : Historical Fiction – Memoir Untuk Anak-Anak
Ayah saya, tetapi tidak tahu mau mulai dari mana, dan bagaimana cara menuliskannya. Kebetulan juga kelas itu diadakan di malam hari, jadi tidak bersinggungan dengan jam kerja saya yang padat di siang hari.

Proses Belajar
Saat pertama masuk kelas, para peserta sudah mendapat kejutan, berupa pengumuman kalau setelah kelas berakhir semua peserta berkesempatan untuk mempraktekkan hasil belajar dalam bentuk tulisan yang nantinya akan dibukukan dalam antologi kisah hidup. Ternyata bukan hanya novel yang punya plot twist, kelas menulis daring juga.
Banyak sekali ilmu yang dibagikan selama kelas berlangsung, mulai dari pengenalan jenis-jenis kisah hidup: memoar, biografi, autobiografi, hingga ke teknis penulisan : pengumpulan data, the dos and the donts. Ada satu slide yang sangat mencerahkan untuk saya yaitu tentang siapa-siapa saja yang kisah hidupnya layak untuk dituliskan :
Jadi tidak hanya orang terkenal saja yang kisahnya layak diabadikan tetapi semua orang termasuk orang-orang biasa yang berprestasi dan menginspirasi.
Bagi yang tertarik untuk mengikuti kelas ini bisa follow FB atau Instagram Pak Bambang Trim atau Epigraf Komunikata .
Proses Menulis
Setelah kelas selesai, kami diberi waktu kira-kira 30 hari untuk menulis. Tadinya saya sempat ragu apakah akan selesai pada waktunya atau tidak mengingat pekerjaan kantor yang sangat padat sehingga sulit bagi saya untuk meluangkan waktu untuk mengunjungi dan mewawancarai Ayah saya. Namun karena saya pikir ini adalah kesempatan bagus, untuk berlatih dan langsung dibukukan pula maka seminggu menjelang deadline, sesi wawancara dengan Ayah dan pengumpulan data pun saya kebut.
Berbincang-bincang dengan Ayah saya tentang kisah masa lalunya adalah proses yang menyenangkan, lucu (saat Ayah menceritakan kenakalan dan keisengan masa kecilnya), menakutkan (saat Ayah berkisah tentang perjuangan lolos dari maut di jaman perang dunia kedua) dan kadang membingungkan karena Ayah saya sering lupa tahun dan bercerita melompat-lompat dari satu lini masa ke lini masa berikutnya tanpa sinambung.
Foto-foto keluarga pun saya bongkar untuk mendukung cerita. Tidak banyak foto yang tersedia. Yang ada pun buram. Tapi tetap saya sertakan dalam cerita
Setelah proses wawancara, saya tetap harus melakukan riset. Karena cerita Ayah saya melompat-lompat, dan kadang ada bagian yang hilang atau tidak teringat jelas, maka saya tetap harus mencocokkan dengan sumber-sumber lain. Saya harus mencari info tentang lokasi seminari, sekolah dan tempat-tempat yang diceritakah Ayah saya juga mengecek nama-nama tokoh yang disebutkan.
Singkat cerita, akhirnya saya berhasil mensubmit cerita saya beberapa jam saja menjelang deadline. Proses editing dilalui dan akhirnya buku pun terbit.
Setelah buku dicetak….
Cerita saya ada di urutan kedua dengan judul “Gelora Semangat dari Gunung Kidul”. Gunung Kidul adalah kampung halaman Ayah saya. Dan kisah yang saya tuliskan ini menceritakan tentang perjuangan Ayah mendapatkan pendidikan dalam kondisi pasca perang yang serba sulit.
Saat saya menyerahkan kopi buku ke Ayah saya, ekspresi beliau benar-benar priceless, perpaduan antara senang, terkejut, terharu dan tak percaya. Ayah saya senang karena kisahnya jadi abadi dan bisa dibaca oleh anak cucu.
Tim Epigraf, Pak Bambang Trim bersama seluruh rekan yang terlibat dalam proses penulisan melakukan launching buku di bulan April 2021.

Lauching buku ini juga disiarkan di youtube dan hingga sekarang masih bisa dilihat di kanal Epigraf Komunikata. Ini linknya.
Untuk pemesanan buku bisa langsung ke nomor WA di bawah ini

Harapan saya, setelah buku ini terbit, semoga saja kisah-kisah yang ada di dalam buku ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Detail buku bisa dilihat di sini : Meronce Kisah Kece, Dari, Untuk dan Demi Waktu